Sabtu, Februari 14, 2015

Teruntuk yang Terkasih



Malang, kota penuh kenangan
Hari keempat belas Bulan dua Tahun dua puluh lima belas

Teruntuk yang terkasih,
Seorang Puan dan Seorang Tuan yang pertama dalam hidupku

Puan dan Tuan, surat ini ialah surat cinta pertama yang saya tujukan kepada kalian. Mungkin kalian merasa heran, mengapa aku memberikan surat cinta untuk kalian, bukan kepada sang pasangan. Saya hanya ingin memanfaatkan momen penuh kasih sayang ini untuk sekedar menuturkan semua perasaan saya. Namun saya tidak cukup berani untuk langsung mengirimkannya sampai di hadapan. Biarkan saya tuliskan apa yang saya rasakan dan biar semesta yang menyampaikan apa yang selama ini terus tersimpan.

Puan dan Tuan, kalian tentu tahu bahwa saya bukan jenis orang yang dengan mudahnya mampu lafalkan cinta di hadapan kalian meski hanya sebuah bisikan. Seringnya lidah saya kelu bibir pun membeku. Akhirnya hanya bisu yang mampu saya ramu. Meski begitu, saya yakin sepenuh-penuhnya bahwa Puan dan Tuan bisa membaca saya bak buku yang terbuka. Saya percaya sebenar-benarnya bahwa kalian paham akan cinta yang tak jarang kudustakan saya simpan meski bukan sekali atau dua kali saya bersikap begitu menyebalkan. Semoga secarik surat cinta ini mampu menyampaikan apa yang tidak mudah saya utarakan.

Kepada Puan,
engkau wanita berharga yang pernah saya punya. Kuatmu, lembutmu, cintamu, marahmu, bahagia, dan sedihmu melebur satu dalam tubuh seorang ratu. Kasihmu yang tak terhingga, tak pernah luntur meski hujan terus saja mengguyur seiring dengan gemuruh Guntur. Sayangmu yang begitu tulus tak pernah terputus dari setiap doa yang mengalun halus. Cintamu yang agam bak tebing di tepian segara, tak kunjung pupus meski ombak terus menggerus. Bahkan semesta pun tahu, tidak ada dan tidak akan pernah ada yang mampu menyamai cinta yang bersemayam di hatimu. Terima kasih telah menjadi Puan pertama dalam hidup saya yang mengajarkan bagaimana untuk berdiri tegar namun penuh dengan kelembutan. Terima kasih atas kudapan dan santapan yang selalu memanjakan lidah kecil saya. Terima kasih untuk sabar yang engkau hadirkan meski saya hantarkan tengkar. Terima kasih untuk asih setiap saya sampaikan kesah. Dan maaf Puan. Maaf untuk tetes-tetes air yang telah jatuh dari mata indahmu. Maaf untuk koar amarah yang sempat keluar dari bibir ranummu. Maaf untuk sayatan luka yang membekas di hati lembutmu. Saya mencintaimu Puan, setulus yang saya mampu.

Kepada Tuan,
Engkau pria terkuat dan tertampan yang pernah saya miliki. Gagahmu, lemahmu, semangatmu, letihmu, senyummu, dan peluhmu begitu padu dalam tubuh seorang raja. Bijaksanamu yang bulat penuh, tak pernah runtuh meski bulan tinggal separuh. Kuatmu yang selalu kokoh, tak pernah roboh meski kadang Tuan berjalan tergopoh-gopoh. Banggamu yang cegak bak pualam, tak kunjung surut meski dunia mulai carut marut. Bahkan bumi dan langit pun paham, tidak ada dan tidak akan pernah ada yang mampu menyamai kebanggaan yang terpahat dalam hatimu. Terima kasih telah menjadi Tuan yang pertama dalam hidup saya yang mengajarkan bagaimana untuk selalu kuat demi ikatan bernama keluarga. Terima kasih atas perlindungan dan didikan yang kau tanamkan di tempurung kepala. Terima kasih untuk senyum yang engkau berikan meski saya haturkan amarah. Terima kasih untuk aman serta nyaman ketika saya membawa luka. Dan maaf, Tuan. Maaf untuk pukulan yang pernah datang dari jemarimu. Maaf untuk sedih yang sempat terpancar dari sepasang bola matamu. Maaf untuk tusukan perih yang pernah mengiris hatimu. Saya menyayangimu Tuan, sebesar yang saya punya.

Kepada Puan dan juga Tuan pertama dalam hati saya,
Kalian ada anugerah terindah yang Tuhan berikan selama hidup saya. Terima kasih untuk semua tawa, tangis, bahagia, serta semua rangkaian kisah yang Puan dan Tuan hadirkan. Mungkin tak lama lagi sudah tiba masanya saya melepas masa lajang. Doakan saya agar tegar, lembut, dan penuh cinta seperti Puan juga kuat dan bijaksana seperti Tuan. Saya akan selalu menjadi gadis kecil kalian, tak peduli seberapa tua usia saya sekarang. Dan maaf jika saya sampai detik ini masih belum menjadi gadis kecil yang begitu berbakti pada Puan pun Tuan. Saya mencintai kalian, sedalam hati saya.

Salam penuh cinta dan sayang,
Saya
Gadis kecil kalian yang masih berusaha membahagiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar