Senin, Februari 16, 2015

Kepada yang Mudah Datang dan Mudah Pergi



Malang,
Tengah bulan Februari Tahun Dua Nol Satu Lima

Dear,
Kamu yang datang dan pergi sesuka hati

Pasti kamu nggak menyangka kalau aku akan menulis satu surat untukmu. Kalau kata peribahasa mungkin bagai mendengar petir di siang bolong ketika kamu enak-enak molor pakai celana kolor? Sama, aku juga heran kok dengan diriku sendiri. Kenapa tiba-tiba aku ingin mengirim sebuah surat kepada kamu yang selama ini datang dan pergi sesuka hati. Mungkin aku sudah kadung sebal sama tingkahmu yang suka seenaknya sendiri tanpa tahu seberapa besar rindu yang ada di hati ini. Eciyeee kok jadi puitis gini ya? Tenang aja. Ini bukan surat cinta kok. Ini cuma sebuah surat tagihan utang pelampiasan aja.

Kamu ingat nggak sama secuil lirik lagu abang Bruno Mars yang bilang “easy come easy go”? Kamu tau artinya? Nggak? Wah aku lupa kalau kamu nggak suka Bahasa Inggris. Sini aku kasih tau; kalau kata orang picisan, yang mudah didapat itu akan mudah hilang juga. Semacam jailangkung kali ya. Datang tak diundang pergi minta tak diantar. Apa jangan-jangan kamu termasuk dalam kategori itu? Hiiiy sereeem.
 
Tapi jujur aja, aku tidak merasa mendapatkanmu dengan begitu mudahnya. Bahkan nggak jarang aku harus berpuasa lama dan tirakad di gunung kawi hanya sekedar menunggu kamu datang. Ya macam menunggu hari raya idul fitri setelah puasa ramadhan gitu lah. Sering juga aku harus memeras peluh sampai seember penuh hanya demi mengejarmu. Bayangkan, atlit marathon aja kalah. Belum lagi waktu yang aku habiskan cuma demi menunggumu. Tapi nggak hanya sekali dua kali kamu mengingkari janji dan akhirnya membiarkan aku tetap menanti sesuatu yang belum pasti. Dan sekalinya kamu datang secepat kilat kamu pergi lagi dan membuatku menunggu lagi. Begitu seterusnya. Aku jadi merasa seperti hamtaro yang berlari di atas roda putarnya. Apa yang paling dia senangi??? *kok jadi nyanyi* Padahal aku sudah berusaha sebisaku untuk menyambutmu dan menjagamu dengan baik. Tapi tetap saja semua itu tidak cukup bagimu kan? Kamu tetap pergi menjauh.
 
Tapi apa kamu tahu? Semudah atau secepat apapun kamu pergi dan membuat aku sebal lagi, aku tetap butuh kamu. Aku tetap akan terus tersenyum menyambut kehadiranmu kayak orang dungu. Dan aku selalu ingat kalau aku begitu menyukaimu dalam balutan gaun merahmu. Kamu begitu bergairah, memesona, dan juga…seksi; selalu bisa membuatku terperangah. Gaun birumu juga ayu. Tapi nggak tahu kenapa, akhir-akhir ini kamu malah suka memakai gaun kelabu. Jadi bikin aku semakin sendu. Kapan kamu mau pakai gaun merahmu lagi? Aaaah, ini masih hari keenam belas tapi kenapa sudah seperti akhir bulan saja? Aku sesak menunggu kehadiranmu, wahai uangku.

Tertanda,
Pemilik dompet

4 komentar:

  1. di borgol aza mbak biar gak pergi-pergi lagi :v
    btw., sma-sma mlangnya, kpan2 bsa kopdar, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. pengennya sih gitu. Dompetnya dipasangi borgol cinta biar uangnya kagak kabur ke mana2.
      waaaah, malang mana nih mas?

      Hapus
  2. Aku juga sedang merindukan hal yang sama :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepertinya banyak yang merindukan hal yang sama. ini sebuah rindu yang universal. ahahaha :D

      Hapus