Malang,
Tengah bulan Februari Tahun Dua Nol Satu Lima
Dear,
Kamu yang datang dan pergi sesuka hati
Pasti kamu nggak menyangka kalau aku akan menulis satu surat
untukmu. Kalau kata peribahasa mungkin bagai
mendengar petir di siang bolong ketika kamu enak-enak molor pakai celana
kolor? Sama, aku juga heran kok dengan diriku sendiri. Kenapa tiba-tiba aku
ingin mengirim sebuah surat kepada kamu yang selama ini datang dan pergi sesuka
hati. Mungkin aku sudah kadung sebal sama tingkahmu yang suka seenaknya sendiri
tanpa tahu seberapa besar rindu yang ada di hati ini. Eciyeee kok jadi puitis
gini ya? Tenang aja. Ini bukan surat cinta kok. Ini cuma sebuah surat tagihan
utang pelampiasan aja.
Kamu ingat nggak sama secuil lirik lagu abang Bruno Mars
yang bilang “easy come easy go”? Kamu tau artinya? Nggak? Wah aku lupa kalau
kamu nggak suka Bahasa Inggris. Sini aku kasih tau; kalau kata orang picisan,
yang mudah didapat itu akan mudah hilang juga. Semacam jailangkung kali ya. Datang
tak diundang pergi minta tak diantar. Apa jangan-jangan kamu termasuk
dalam kategori itu? Hiiiy sereeem.
Tapi jujur aja, aku tidak merasa mendapatkanmu dengan begitu
mudahnya. Bahkan nggak jarang aku harus berpuasa lama dan tirakad di gunung
kawi hanya sekedar menunggu kamu datang. Ya macam menunggu hari raya idul
fitri setelah puasa ramadhan gitu lah. Sering juga aku harus memeras peluh
sampai seember penuh hanya demi mengejarmu. Bayangkan, atlit marathon aja
kalah. Belum lagi waktu yang aku habiskan cuma demi menunggumu. Tapi nggak hanya
sekali dua kali kamu mengingkari janji dan akhirnya membiarkan aku tetap
menanti sesuatu yang belum pasti. Dan sekalinya kamu datang secepat kilat kamu pergi
lagi dan membuatku menunggu lagi. Begitu seterusnya. Aku jadi merasa seperti
hamtaro yang berlari di atas roda putarnya. Apa yang paling dia senangi??? *kok
jadi nyanyi* Padahal aku sudah berusaha sebisaku untuk menyambutmu dan
menjagamu dengan baik. Tapi tetap saja semua itu tidak cukup bagimu kan? Kamu tetap
pergi menjauh.
Tapi apa kamu tahu? Semudah atau secepat apapun kamu pergi
dan membuat aku sebal lagi, aku tetap butuh kamu. Aku tetap akan terus
tersenyum menyambut kehadiranmu kayak orang dungu. Dan aku selalu ingat kalau
aku begitu menyukaimu dalam balutan gaun merahmu. Kamu begitu bergairah,
memesona, dan juga…seksi; selalu bisa membuatku terperangah. Gaun birumu juga ayu.
Tapi nggak tahu kenapa, akhir-akhir ini kamu malah suka memakai gaun kelabu. Jadi
bikin aku semakin sendu. Kapan kamu mau pakai gaun merahmu lagi? Aaaah, ini
masih hari keenam belas tapi kenapa sudah seperti akhir bulan saja? Aku sesak
menunggu kehadiranmu, wahai uangku.
Tertanda,
Pemilik dompet
di borgol aza mbak biar gak pergi-pergi lagi :v
BalasHapusbtw., sma-sma mlangnya, kpan2 bsa kopdar, hehe
pengennya sih gitu. Dompetnya dipasangi borgol cinta biar uangnya kagak kabur ke mana2.
Hapuswaaaah, malang mana nih mas?
Aku juga sedang merindukan hal yang sama :)
BalasHapussepertinya banyak yang merindukan hal yang sama. ini sebuah rindu yang universal. ahahaha :D
Hapus