Selasa, Februari 24, 2015

Lelaki Pelantun Lagu(ku)



Teruntuk:
Lelaki Pelantun Lagu(ku)

Surat ini kutuliskan untukmu, wahai Lelaki sang pelantun lagu. Hmm, jangan terlalu berharap dulu bahwa ini adalah sebuah surat cinta karena ini memang bukan surat cinta. Hahaha, maaf sudah menjatuhkanmu bahkan sebelum kamu sempat berangan-angan. Tapi kurasa kamu sudah tahu bagaimana aku kan?

Duhai Lelaki, tidakkah kamu merasa Hidup itu penuh dengan misteri? Dia dengan selera humornya, pun segala kejutan yang telah disiapkannya untuk siapa saja; bahkan untuk kita. Tak jarang manusia gagal memahami segala Kuasa yang Maha, dan kurasa kita juga sebagian dari mereka. Bahkan tak sedikit pula dari manusia itu yang pergi tanpa benar-benar memaknai segala rahasia semesta. Akankah juga kita? Karena kini, Hidup, dengan sebuah kejutannya sedang hadir di hadapan kita.

Bagaimana bisa, kita yang sudah lama saling bertukar nomor kontak tidak pernah sekalipun saling menyapa; tidak hingga empat hari yang lalu. Bukankah itu lucu? Semuanya malah bermula hanya dari sebuah status yang aku tuliskan di aplikasi pesan, dan berujung pada obrolan panjang—yang entah tidak tahu tentang apa. Empat hari kita lalui tanpa sekalipun terlewatkan oleh canda dan tawa karena cerita yang ada-ada saja. Dan malam tadi, kamu pun melakukan sesuatu yang sungguh tidak kuduga. Kamu menyanyi. Untuk siapa? Untukku. Itu sangat mengejutkanku, kamu tahu itu? Kukira kamu hanya bercanda pada awalnya, tetapi siap sangka kamu malah benar-benar mengirimkannya; sebuah rekaman suara yang kurasa cukup indah. Kamu peruntukkan padaku. Dan aku pun menyukainya. Ya, aku suka, meski tidak langsung jatuh hati. Kamu menyanyi penuh dengan rasa. Petikan senar gitar yang mengalun sayup mengiringi lantunan lagumu terasa begitu satu; begitu padu. Aku menyukainya.

Hanya saja, rasa suka ini berbeda, dan aku pun tak berniat untuk mengubahnya. Maka dari itu, Lelaki, ingatkan aku bahwa kita hanya sebatas rindu yang tidak menyatu. Sudah ada dia yang menghuni hatiku, dan akan tetap begitu. Maaf untuk sekali lagi menghalangimu untuk menaruh harap. Karena harap itu telah tiada, bahkan sebelum ia pernah singgah.

Salam,
Penikmat Lantunan Lagumu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar