Teruntuk:
Lelaki
Pelantun Lagu(ku)
Surat ini
kutuliskan untukmu, wahai Lelaki sang pelantun lagu. Hmm, jangan terlalu
berharap dulu bahwa ini adalah sebuah surat cinta karena ini memang bukan surat
cinta. Hahaha, maaf sudah menjatuhkanmu bahkan sebelum kamu sempat
berangan-angan. Tapi kurasa kamu sudah tahu bagaimana aku kan?
Duhai
Lelaki, tidakkah kamu merasa Hidup itu penuh dengan misteri? Dia dengan selera
humornya, pun segala kejutan yang telah disiapkannya untuk siapa saja; bahkan
untuk kita. Tak jarang manusia gagal memahami segala Kuasa yang Maha, dan
kurasa kita juga sebagian dari mereka. Bahkan tak sedikit pula dari manusia itu
yang pergi tanpa benar-benar memaknai segala rahasia semesta. Akankah juga kita?
Karena kini, Hidup, dengan sebuah kejutannya sedang hadir di hadapan kita.
Bagaimana
bisa, kita yang sudah lama saling bertukar nomor kontak tidak pernah sekalipun
saling menyapa; tidak hingga empat hari yang lalu. Bukankah itu lucu? Semuanya
malah bermula hanya dari sebuah status yang aku tuliskan di aplikasi pesan, dan
berujung pada obrolan panjang—yang entah tidak tahu tentang apa. Empat hari
kita lalui tanpa sekalipun terlewatkan oleh canda dan tawa karena cerita yang
ada-ada saja. Dan malam tadi, kamu pun melakukan sesuatu yang sungguh tidak
kuduga. Kamu menyanyi. Untuk siapa? Untukku. Itu sangat mengejutkanku, kamu
tahu itu? Kukira kamu hanya bercanda pada awalnya, tetapi siap sangka kamu
malah benar-benar mengirimkannya; sebuah rekaman suara yang kurasa cukup indah.
Kamu peruntukkan padaku. Dan aku pun menyukainya. Ya, aku suka, meski tidak
langsung jatuh hati. Kamu menyanyi penuh dengan rasa. Petikan senar gitar yang
mengalun sayup mengiringi lantunan lagumu terasa begitu satu; begitu padu. Aku
menyukainya.
Hanya saja,
rasa suka ini berbeda, dan aku pun tak berniat untuk mengubahnya. Maka dari
itu, Lelaki, ingatkan aku bahwa kita hanya sebatas rindu yang tidak menyatu.
Sudah ada dia yang menghuni hatiku, dan akan tetap begitu. Maaf untuk sekali
lagi menghalangimu untuk menaruh harap. Karena harap itu telah tiada, bahkan
sebelum ia pernah singgah.
Salam,
Penikmat Lantunan Lagumu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar