Senin, November 28, 2011

Kuat ato Sok Kuat?

Hai..Gimana kabar kalian semua? Aku harap sih baik-baik aja dan gak ada yang lagi sakit, baik itu sakit flu gara-gara perubahan cuaca yang semakin gak jelas, maupun sakit ati gara-gara sesuatu hal. Kalau pun ada di antara kalian yang kondisinya kurang baik nih, aku harap kalian cepet sembuh deh. Cepet sehat lagi buat yang lagi sakit, cepet bangkit dan cari mangsa lain buat yang lagi patah hati.hehehe.

Hmm, postingan kali ini, seperti biasa, aku mau share sesuatu (perasaan, lebih tepatnya). Pernahkah kalian merasa sok kuat di saat kalian lagi dihimpit banyak masalah? Maksudnya sok kuat di sini adalah selalu berusaha terlihat baik-baik saja di luar, meski sebenarnya di dalam sangatlah rapuh dan mudah sekali hancur jika tersenggol sedikit. I think, most of them ever experienced that (including me, actually).

Selalu berusaha memperlihatkan senyum lebar, padahal mungkin kita menangis dan merasa sakit di dalam. Tidak kita biarkan siapa pun tahu tentang kelemahan dan kesakitan kita. Kita terkadang beranggapan bahwa kita mampu mengatasinya seorang diri meski sebenarnya kita merasa sangat lelah berjalan sendirian.

Emang sih, kadang bersikap sok kuat itu dibutuhkan untuk menstimuli diri kita biar jadi bener-bener kuat tanpa embel-embel kata sok lagi. Sok kuat itu awal dari usaha kita buat jadi bener-bener kuat seperti yang kita harapkan. Tapi satu hal yang perlu diingat, kalau kekuatan manusia itu emang ada batasnya. Wajar kok kalau sesekali kita merasa lemah, karena manusia emang lemah. Jadi mungkin, sesekali perlu juga kita mengakui kesakitan dan kelemahan kita, tapi langsung berpikir bagaimana untuk menyelesaikannya. Bukannya malah mengakui dan terus berkubang dalam kesedihan.

Selain itu, kita tuh hidup di dunia ini tidak sendirian. Ingat deh kalau kita punya orang-orang yang care sama kita, yang sayang dan pengen membantu kita saat kita ada masalah. Ingat juga kalau apa yang kita lakukan juga akan memberikan dampak kepada mereka. Mungkin maksud kita menjadi sok kuat adalah biar orang-orang yang menyayangi kita tidak perlu merasa khawatir. Tapi, bagaimana dengan apa yang benar-benar mereka rasakan? Jangan-jangan dengan melihat kita sok kuat, mereka malah sedih dan semakin khawatir karena mereka sebenarnya bisa melihat jauh di balik senyum kita kalau kita sedang merasa tertekan.

Well, what I wanna say is simple actually. Saat kita emang punya masalah dan sudah terlalu lelah untuk bersikap sok kuat, yang kita butuhkan hanyalah mengakui bahwa kita lelah dan berhenti sejenak untuk sekedar mengumpulkan tenaga agar bisa melanjutkan perjuangan. Datanglah pada orang yang kita percaya, orang yang menyayangi kita dan kita anggap bisa membantu kita. Hanya sekedar untuk mencari sandaran dan topangan untuk menanggung beban yang berat. Mereka ada di sana untuk kita. Mereka akan senantiasa membantu meringankan beban yang kita tanggung, senantiasa memberikan tempat pun waktu kepada kita untuk sekedar beristirahat sejenak, senantiasa memberikan dukungan atau tepukan di bahu untuk sekedar menguatkan kita. Sok kuat itu perlu, tapi yang paling penting adalah bagaimana kita menjadi benar-benar kuat di tengah kelemahan kita..

--untuk siapapun yang merasa dirinya kuat--

Rabu, November 23, 2011

Back to Life

HI!!! I'm back!!

well, after all I've been through these days, now, I eventually come back to write again..Yay :D *applause*
I'm so sorry for you who have been waiting so long for my writings *PD banget aku yak???
As I have told you, that recently I have so many things to settle and one of them is the regional debate competition 'EJVED' that is held by the student association. Finally, on 18-20 of November 2011, that event could be held. Syukur banget acaranya lancar dan gak ada masalah yang terlalu gedhe sampe bikin acara molor ato apalah. Aku seneng bannget soalnya semua panitia udah bekerja keras buat ngadain acara itu dan kami mendapatkan apa yang udah kami pengen. That was a great gift for this month. And right now, I'm totally free from that stuffs (related to the competition things).. *ngelus dada, alhamdulillah* Now, I'm back to my REGULAR life. Back to my routines. *sigh*

Cuman, sekarang keluhannya (bukan manusia kalo gak punya keluhan) adalah banyak banget tugas yang harus aku kelarin. Secara, kurang 3 mingguan lagi udah mau UAS. Banyak banget tugas final paper yang harus dikumpulin. Not to mention, banyak banget tugas-tugas presentasi mulai dari presentasi Morphology, Phonology, Curriculum, Language Assessment, dan bangsa-bangsanya yang aneh-aneh. Hmph, I want to have another me cuman buat bantuin ngerjain semua tugas yang ada. Kan enak tuh bisa bagi-bagi kerjaan. Yang satu ngerjain Morphology, satunya ngerjain Phonology, satunya lagi ngerjain yang lain hehehehe (ngimpi!)

Anyway, that's the college life. If you do not want to have any assignment, don't ever go to a college. hahahaha *mencoba menghibur diri sendiri*
Ayo semangat semuanya..semoga bisa melewatin semua yang ada dengan baik, lancar, dan menghasilkan yang bagus. Amin.
You too guys. Strive on your matters!! :D

c u in another post!!

Sebuah Sapaan

Hi there… :)

Apa kabarmu di sana? Aku selalu terpikir tentang pertanyaan ini setiap waktu terlebih jika aku lama tak bertemu denganmu. Kau baik-baik saja? Aku harap begitu karena aku tak bisa lagi setiap waktu menanyakan kabarmu di sana, meski aku ingin, meski rasa ingin tahu ini perlahan mengoyak hatiku. Aku berharap kau baik-baik saja bersamanya dan semoga dia mampu menjagamu serta mampu kau andalkan.

Hi there…

Apa kau masih mengingatku seperti aku yang selalu mengingatmu di setiap detik yang bergulir? Mungkin iya, namun mungkin juga tidak. Tak mengapa karena aku tak akan memaksa. Ya, aku memakluminya karena kini kau memiliki dia. Tak mungkin kau mengingat aku, sebuah masa lalu. Aku mengerti karena kenangan perlahan akan tertutup oleh kenangan-kenangan yang baru, begitu pun denganku yang perlahan tergantikan oleh kisahmu bersamanya. Meski ini menyakitiku, namun aku menerimanya. Mau apa lagi?

Hi there…

Kesepiankah kau di sana? Merindukan aku kah? Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku merindumu di sini. Kesepian menelusup ke dalam hati. Memenuhi ruang yang sempat kau singgahi. Dulu, kala cerita kita msih jadi satu. Ruang itu masih di sana, kosong. Belum ada yang mengisinya lagi, kecuali sepi. Kekosongan itu perlahan mengoyak relung hati. Namun tak mengapa karena aku percaya perlahan sepi itu akan hilang, kosong itu akan pergi, tergantikan oleh satu bahagia yang baru. Hanya saja, kapan? Aku belum tahu. Tak usah kau risaukan aku seperti aku merisaukan keadaanmu. Biar aku simpan luka ini karena aku yang memilih. Bahagialah kau di sana.. :)

Hi there…

Terima kasih untuk segalanya. Untuk semua kenangan indah pun semua luka. Aku menghargainya. Aku akan mengenangnya.


--dari seorang teman--

Minggu, November 13, 2011

Hectic!!

Uwaaaahhhhh.... It has been so long since my last post in this blog. Well, as usual, my excuse of not writing in this blog for such a long time is that "Aku banyak tugaaaaasss" "Aku banyak kegiatan" :(

Anyway, that's so true..It's not only me and myself who think that 24 hours a day are not enough *mulai lebay
Seperti biasa sih, akhir tahun selalu banyak acara dan kegiatan, apalagi acara organisasi. Yeah, this month, there's gonna be an Annual English debate competition held by the student association where I got involved in. This competition is called as East Java Varsities English Debate 2011. Thus, I have to spend most of my time in thinking and preparing for this agenda. Not to mention, I also have too many assignments. For God's sake!! I somehow wanna be a bit ignorant and let loose a bit, but I just can't (maybe it's because I'm too serious??).

uch, so many presentations and papers to finish. I just need additional time and maybe additional ME will do :P

oke, cuma itu deh..curhatan gak penting..mungkin setelah semuanya kelar dan aku gak galau lagi, I'll post other things on this blog..
wish me luck :D

Rabu, Oktober 26, 2011

Surat Untuk Tuan

Untuk Tuan
yang di sana
Tuan memang tak ada dalam jangkauanku
namun tetap dalam jarak pandangku
Tuan masih terlihat
seolah Tuhan memang membiarkannya nampak
Entah mengapa aku seakan selalu mampu
menangkap kehadiranmu
Melihat sosokmu
meski orang tak memberitahuku..
Aku seolah mampu menemukanmu di mana pun, Tuan
Aku senang
menemukanmu ketika aku butuh
Bahagia
melihatmu kala aku rindu
dan itu membutakanku,
membiarkan aku berjalan dalam sebuah kepemilikan semu
Seketika senang itu lenyap
Sekejap bahagia itu musnah
Melihatmu, hanya luka yang tersisa
memandangmu, sakit yang terasa
Memang tanpa darah, hanya sebuah lubang besar menganga
Mungkin Tuhan ingin menunjukkan
Ya, Tuhan memberikan jawaban
Aku akan pergi Tuan
menghilang, menghilang
toh aku mampu berdiri tanpamu
mampu berjalan lagi meski tak ada kamu
temanilah dia yang lebih membutuhkanmu
pilihlah dia yang perlu topanganmu
yang akan jatuh jika tak ada kamu
Terima Kasih.
ini surat terakhir untuk Tuan, dariku..
selamat tinggal :)
salam,
Aku..
masa lalumu

Selasa, September 06, 2011

Bintang yang Tertutup Awan

Terdiam aku duduk di teras depan rumah. Angin malam menyapu wajah dan membelai tengkuk ku perlahan. Kurapatkan jaket yang kukenakan saat itu. Dingin seperti malam yang lalu. Namun, suasana malam ini tak seperti biasanya. Malam yang sepi. Kutengadahkan wajah memandang langit yang gelap. Berusaha menyaksikan bintang yang tersembunyi di balik awan. Dia ada,
kilaunya di sana. Namun, tak tampak bersinar karena terselimuti keangkuhan sang mega.

Aku tersenyum kecut. Nasib bintang itu sedikit mirip dengan aku. Hanya nampak kala gelap menyapa, menyelimuti hamparan sang Lazuardi. Hanya saja terkadang cahayanya tak terlalu terang untuk menguasai singgasana malam. Cahayanya redup bahkan tak tampak jika terselimuti kabut. Begitu pun aku. Sinarku kini redup di hadapannya, tak mampu membuatnya memalingkan wajah untuk melihat kehadiranku.

Bukan aku lampu benderang atau pun kunang-kunang, aku hanyalah seorang manusia biasa. Yang kumaksud dengan cahaya adalah bagaimana perasaanku terhadap seseorang.

Kau tahu, aku juga bisa jatuh cinta layaknya yang lainnya. Namun sayangnya, semua itu tak berjalan lancar.

Mungkin kau sudah bisa menebaknya. Ya, kisahku bagaikan nasib bintang itu. Perasaanku tak
nampak di mata orang yang kupuja seolah terselimuti awan tebal. Pun bayangku tak sedikitpun hadir karena tak ada sinar. Sakit, sedih, merana rasanya. Namun, mau bagaimana lagi?
Apa yang bisa aku lakukan? Tak ada. Tak pula bisa aku memaksa, kan?

Hhh..Hembusan nafasku mengepulkan asap yang lalu hilang. Dingin ini semakin menggigit tetapi
tak tersirat pikiran untuk beranjak dari tempatku duduk saat ini. Beginilah jika aku
terlanjur tenggelam dalam alam pikirku. Merenungi nasib perasaanku.
Kau lihat? Satu-satunya yang bisa kulakukan hanya menerima. Menerima keadaan, bagaimanapun menyedihkannya. Mungkin memang aku terlalu melodramatis.

Haha. Aku benci terjebak dalam situasi seperti ini.

Malam pun semakin larut, seiring dengan lelahnya mataku. Kuputuskan renungan kali ini
berakhir di sini saja karena sang bintang tak juga nampak. Tak bisa dia menghiburku dengan
kerlipannya.

Kuakhiri perenunganku--jika tak ingin aku anggap hanya sebagai lamunan--dengan menuliskan
sebuah surat untuk sang awan.

Berhentilah kau sejenak, luangkan waktu untuk memandang sekitar. Tolehkan wajahmu sekejap, melihat ke belakang. Singkirkan ke-aku-an mu dan kelamnya ambisimu. Bukalah matamu, pun hatimu agar mampu melihat dengan sempurna. Maka di sana, akan kau temukan dia, sang bintang yang berkilau indah, tersenyum bahagia. Hanya padamu.

Rabu, Juli 27, 2011

B**CHES

Moshi moshi!!! :)

Minggu terakhir liburan sebelum memasuki bulan puasa nih...
Akhirnya, setelah sekian lama merasakan sebuah kebosanan akut yang melanda hati serta pikiran dan menyebabkan konsumsi kalori yang berlebihan, pada tanggal 24 Juli 2011 aku beserta beberapa teman pergi ke pantai...

We were soooo happy. Just so you know that we are mountain kids and we seldom go to the beach. That is why we were so excited at that time :)

Awalnya cuma berencana pergi ke satu pantai, Tamban, yang berlokasi di deretan pantai Sendang Biru, Kabupaten Malang Selatan, namun ternyata rencana berubah. Yah, seperti yang kita tahu bahwa people are easily changing their mind, and so do we :P

Perjalanan cukup menyenangkan. Selama kurang lebih 3 jam duduk di dalam mobil dengan jalan yang cukup mengguncang. Sebenarnya keadaan jalan tidak cukup parah, tapi saat semakin mendekati daerah pantai, jalan yang harus dilalui seolah kurang diperhatikan oleh pihak pemerintah atau dinas pariwisata, aspal yang tidak merata, jalan berlubang. Namun nampaknya bulan depan akan ada perbaikan jalan *untunglah....
Untuk menuju ke daerah pantai, kita harus melewati jalan pegunungan, seolah pantai tersebut ada di balik gunung. Selama perjalanan pun banyak pemandangan alam yang mampu menyegarkan mata. Udaranya cukup sejuk, matahari bersinar terang, angin bertiup sepoi-sepoi. It was a really great day!

Sesampainya di pantai Tamban, suasana sepi, hanya ada beberapa wisatawan, penduduk asli, serta segelintir pemancing. Ya, pantai ini menjadi area memancing yang cukup menyenangkan dengan pemandangan yang indah yang dapat dinikmati sambil menunggu ikan memakan umpan kita, pasir putih yang bersih, serta ombak yang tidak begitu ganas. It was perfect...

Setelah ke pantai Tamban, masih ada waktu, kami pun memutuskan untuk pergi ke pantai berikutnya, Sendang Biru, yang hanya berjarak 15 menit dari pantai Tamban. Sendang Biru lebih bermanfaat sebagai tempat penjualan ikan. Keadaan saat itu tidak begitu ramai mengingat saat-saat liburan memang hampir berakhir. Di pantai Sendang biru banyak perahu motor yang disewakan untuk pengunjung yang ingin berkeliling pantai atau menyeberang ke pulau Sempu.

Biasanya Sempu sering dikunjungi wisatawan yang senang bertualang karena di sana disediakan area camping ground untuk menikmati suasana survival dan pemandangan Segara Anakan. Sayangnya, kami tidak pergi ke Sempu. Hmm, mungkin lain kali..

Well, it was great to have a trip before the holiday is over...
Thank you so much to my company at that day :*
Thanks for reading this post.. see you

*anyway, I'll post the pictures another time

Kamis, Juli 14, 2011

Untold (2)

Masa liburan akan segera berakhir, yang berarti akan berakhir pula masa hibernasiku di rumah akhir-akhir ini. Rutinitas kuliah telah bersiap menyapa sebuah raga yang belum sepenuhnya terjaga. Hhhh, merasa kehilangan, ya, kehilangan waktu. Entah mengapa, tak banyakyang bisa aku kerjakan di liburan kali ini, meski tidak seluruhnya membosankan. Namun, tetap saja merasa kurang. Kurang produktif yang akhirnya membuat tubuh mengembang.

Liburan ini hanya berkisar tentang menghabiskan waktu di rumah, entah membaca, menonton, maupun menulis. Akhir-akhir ini aku nyoba untuk menulis beberapa resensi film dan juga buku, seperti di link di bawah ini, buka yaaaa.... (promosi dikit aah~)

Well, se-enggak-nya aku nyoba melatih kemampuan menulisku selama liburan ini. Belum lagi, harus membuat sebuah proposal kegiatan. Hmm, sepertinya memang harus bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sebelum akhirnya menyesal di saat waktu itu telah menghilang. SEMANGAT!!! (^^)/

Sabtu, Juni 25, 2011

Untold (1)

"Life is indeed unique. Sometimes it hurts much, but somehow it is funny if we can see from another perspective."

Terkadang hal-hal terjadi di luar logika kita, layaknya sebuah kebetulan yang sangat tepat. Mungkin ada sebagian dari kalian yang tidak percaya pada sebuah kebetulan. Mungkin kalian termasuk golongan orang yang percaya bahwa semua hal yang terjadi pasti ada alasannya dan pasti ada tujuannya, entah itu baik atau pun buruk. Namun, tidak begitu bagi hal yang satu ini. Aku tak mampu melogikanya, sehingga aku terpaksa percaya bahwa ini memang murni sebuah kebetulan.

Sebuah perang bintang terjadi hanya karena sebuah ketidaksengajaan (sedikit lebay). Aku tak bermaksud menyinggung siapa pun, aku tak bermaksud meniru apa pun, atau bahkan mengibarkan bendera perang itu. Namun, ternyata tak begitu bagi mereka. Mereka menganggap aku yang salah, selalu berada di pihak yang salah dan selalu menjadi pihak yang dikalahkan. Tidak peduli bagaimana alasanku, tidak melihat bagaimana sebenarnya posisiku, bahkan tidak sedikitpun memikirkan bagaimana perasaanku. Tidakkah mereka tahu bahwa diperlakukan seperti itu sangatlah menyakitkan?

Aku berusaha bersikap baik, sabar dan rela menerima semuanya. Tapi mengapa tetap saja terlihat salah di mata mereka. Butakah mereka?
Tak tahukah mereka bahwa bersikap seperti itu sangatlah menyakitkan?

Mungkin memang aku pihak yang patut dicurigai karena memiliki alasan yang cukup besar untuk memulai sebuah perang bintang. Tapi, hei, buat apa? Tak ada untungnya bagiku.
Demi Tuhan....

Aku sudah lelah terus diperlakukan seperti itu. Selalu terlihat salah. Kini terserahlah saja, mereka mau berpikir apa. Aku hanya akan terus melangkah, melanjutkan hidupku yang sempat tertunda.
hahaha, Ternyata memang tak ada gunanya aku terus menoleh ke belakang karena masa lalu tak akan pernah bisa berubah. Sudahlah, akan aku biarkan mereka. Karena aku memang sudah terlalu lelah.

*ternyata aku telah melakukan kebodohan yang besar dalam hidupku hanya karena terus membelamu tanpa mendapatkan apapun yang baik bagiku....

Jumat, Juni 24, 2011

Three Days of Dreaming (baca: Tour 3 Kota) Pictures


first destinantion: Waduk Karangkates, Blitar

second destination: Museum Bung KarnoThird destination: Gua Lowo
fourth destination: Pantai Karanggongso

Sepenggal Kisah untuk Dia

Duduk aku termenung menghadap layar laptopku. Malam semakin larut, namun kantuk tak kunjung menghampiriku. Kedua mata ini seakan tak mau tertutup untuk sejenak beristirahat. Hhh, insomnia ini mengapa menghampiriku di saat yang tidak tepat? Perasaanku terlalu sedih dan sakit untuk tetap terjaga malam ini, namun ternyata tubuhku berkata lain.

Kutolehkan wajahku, memandang sekeliling kamarku. Gelap. Hanya remang cahaya layar laptopku satu-satunya sumber sinar di kamar ini. Ya, memang lampu aku matikan semenjak aku masuk ke dalam kamar ini beberapa saat yang lalu. Seolah aku ingin terjebak dalam kegelapan yang mendalam. Pikiranku melayang, melintasi waktu, memutar kembali memori-memori masa lalu. Biasanya jika dalam keadaan seperti ini aku akan memilih untuk menulis. Selama ini menulis selalu bisa menenangkan pikiran dan sedikit melegakan perasaanku karena dengan menulis, aku bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan bahkan menceritakan masalah-masalah yang serasa menghimpitku.

Hhhh, kutarik nafas dan kuhembuskannya keras. Cinta memang membuat orang berubah, bahkan sampai 180 derajat. Cinta membuat orang menjadi cengeng dan super melankolis. Yah, setidaknya itulah yang terjadi padaku. Aku yang dulu jarang menangis, apalagi untuk seorang lelaki, kini jadi sering meneteskan air mata untuk hal-hal sepele. Mungkin benar kata orang, di dalam cinta selalu ada air mata.

Ini semua berawal dari mengenal dia, seorang laki-laki periang dan penuh tawa. Bersamanya aku tenang, bersamanya aku merasa senang, pun bahagia. Hari-hariku penuh dengan canda dan tawa. Dia mewarnai hariku yang sebelumnya terasa abu-abu, monoton. Tak perlu waktu lama untuk dekat dengannya karena dia orang yang menyenangkan dan mudah membuatku nyaman. Perasaanku kala itu layaknya petualang yang menemukan tempat baru yang indah, seolah aku telah sangat lama mengenal dirinya. Seolah aku menemukan sesuatu yang selama ini aku cari.

Aku terlanjur mengharap banyak. Aku terlanjur membiarkan hatiku melambung tinggi, berharap semua ini akan abadi. Namun ternyata tak ada satu pun di dunia ini yang akan abadi, termasuk kebersamaan ini. Semua hanyalah sementara. Dia hanya berhenti sejenak di duniaku sebelum akhirnya melanjutkan perjalanannya mencari dunia yang baru, hati yang baru. Sedangkan aku, aku telah terlanjur membuka hatiku, membiarkannya masuk terlalu dalam, dan akhirnya menghancurkannya. Aku porak poranda. Ingin aku membencinya, namun kata orang, cinta tak bisa berujung benci.

Hhhh, kuhembuskan nafasku lagi. Semua kini telah usai, kisahku denganmu. Kini yang ada hanyalah kisahmu yang baru, entah bersama siapa. Aku sudah berjanji pada diriku hanya akan melihatmu dari jauh. Dan inilah yang aku lakukan sekarang, memandang duniamu dari duniaku tanpa menghentikan langkahku untuk tidak menantimu kembali. Melihatmu dari kejauhan tanpa terlibat terlalu dalam dengan hidupmu. Menjadi seorang figuran di dalam drama kehidupanmu.

Pikiranku kembali ke alam nyata dan mulai kuketikkan kata demi kata. Sebuah cerita pun mengalir indah, menari-nari dalam layar laptopku.

Ini hanyalah sebuah cerita. Penggalan kisah dalam kehidupan kita. Mungkin telah lama kau lupakan atau kau kubur dalam di dasar hatimu. Aku hanya ingin mengungkapkan, mungkin mengingatkanmu sedikit akan kisah kita. Kau pasti tahu, tidak ada manusia yang ingin dilupakan dan dihapus dari ingatan.

Kala itu, aku melihat kau tersenyum, bercanda tawa dengan kawanmu. Aku terpesona oleh senyummu. Raut bahagia itu, tawa itu. Tak dapat kuenyahkan bayangmu sejak itu. Dan kita bertemu kembali, kita pun saling mengetahui. Mengenal satu sama lain dan perlahan mencoba untuk mengerti. Sang Waktu bergerak mengiringi kisah ini. Dan akhirnya berhenti karena ternyata kita telah berdiri di akhir episode tentang kita. Sepenggal kisah tentang kita telah usai.

Penggalan kisah ini mungkin telah kau lupa pun terkubur di dasar benakmu. Terkubur oelh penggalan kisahmu yang baru dengan hati yang baru. Namun, tak begitu bagiku. Ia tetap ada di sana, meski aku telah memutuskan untuk melaju. Sepenggal kisah tentang kita kutuliskan untukmu karena aku tak ingin terhapuskan dari ingatanmu.
-Sepenggal kisah untuk Dia-

Three Days of Dreaming (baca: Tour 3 Kota) Last Part

Hari terakhir di Trenggalek (kalau mau tau petualangan sebelumnya, silahkan baca postingan sebelumnya). Pagi-pagi pun kami berangkat menuju kota selanjutnya, Kediri. Singgah di rumah teman, berkaraoke ria, dan makan tentunya, satu hal itu memang tidak bisa terlepas selama liburan ini. Kami bergiliran menyanyikan banyak lagu, mulai dari dangdut (the music of my country), campursari/langgam, keroncong, lagu melayu, evergreen, pop, hingga rock. Tidak peduli suara yang pas-pas an (aku maksudnya karena yang lain ternyata memiliki suara yang cukup indah untuk didengar), kami bernyanyi hingga tenggorokan kering dan suaraku berubah parau.

Lelah, kami beristirahat sejenak, memulihkan tenaga untuk berjalan lagi. Pukul 16.00 menuju Simpanglima Kediri. Tiba di sana saat langit mendekati senja. Sang surya terlihat agung dan mempesona menuju peraduannya. Semburat jingga di langit biru dan awan yang putih. Sungguh sebuah panorama indah yang mampu tertangkap oleh mata.

Mungkin kalian bertanya, apa yang begitu special di Simpanglima. Di sana terdapat sebuah bangunan yang notabene meniru bangunan di luar negeri, kalau aku tidak salah, di Prancis. Bangunannya indah, semakin indah dengan suasana senja, semilir angin yang membelai lembut, serta sang bulan yang seolah tak mau melewatkan momen itu. Seperti layaknya wisatawan, kami mengambil foto sebanyak-banyaknya.. :D

Perjalanan berakhir. Seolah mimpi, tour ini harus berakhir dan kami harus terbangun untuk menghadapi kehidupan yang sempat tertunda. Saatnya kembali ke realita..
It was such a beautiful dream and I do not want to get up again. However, it is the time to go back to the reality after three days of dreaming. I am refreshed and ready to face the real world :D

See you in another post.

Three Days of Dreaming (baca: Tour 3 Kota) Part II

Perjalanan selanjutnya...

Setelah puas menikmati kota Blitar (baca postingan sebelumnya), kami melanjutkan perjalanan menuju tujuan utama, Trenggalek.

Kami tiba di Trenggalek sekitar pukul 15.00 dan berhenti di rumah salah satu teman kami yang akan menjadi tempat tinggal kami selama tiga hari ke depan. *Terima kasih kepada teman kami yang sudah merelakan rumahnya diporakporandakan :)
Ketika tiba di sana, kami langsung dihadapkan pada makanan, camilan, serta godaan untuk memecah degan atau kelapa muda yang baru saja diambil dari kebun sendiri. Hmmm, nikmatnya.

Trenggalek tidak sepanas yang aku kira karena mungkin daerah ini juga masih dikelilingi oleh gunung. Pada siang hari lumayan terik, namun tidak terlalu membuat berkeringat, sedangkan pada malam hari, anginnya cukup kencang untuk membuatku merapatkan jaket ataupun selimut.

Tak lama setelah meneguk air degan, kami memutuskan untuk pergi berenang (kebetulan rumah teman kami dekat dengan kolam renang). Yay, lama tidak berenang akhirnya aku bisa berenang lagi untuk meregangkan otot-otot yang kaku setelah perjalanan panjang Malang-Blitar-Trenggalek.

Hari pertama di Trenggalek tidak terlalu sibuk karena memang kami tujukan untuk istirahat. Mempersiapkan kondisi fisik untuk perjalanan esok hari ke Gua Lowo dan Pantai Karanggongso.

Hari kedua, perjalanan pun dimulai. Jam 08.00 kami berangkat, tentunya setelah semua sarapan dan menyiapkan barang bawaan masing-masing. Jadwal hari ini adalah pergi ke Gua Lowo yang akan dilanjutkan dengan Pantai Karanggongso (keduanya satu arah).
Banyak dari kami, terutama kaum perempuan, yang kurang menyukai gua. Mereka takut akan gelap mungkin, atau merasa tidak aman saja. Siapa tahu tiba-tiba gua itu longsor dan kami tidak bisa keluar lagi (naudzubillah). Gua Lowo itu panjangnya 800m, itu pun yang sudah mudah aksesnya, yang memang ditujukan untuk pengunjung. Selebihnya, masih dalam lagi, namun aksesnya susah. Harus yang berpengalaman yang boleh masuk. Jalan masuk dan keluar gua hanya ada satu, sehingga kita harus putar balik untuk kembali ke mulut gua. Lumayan menarik.

Dinding-dinding gua terkikis oleh air sehingga berbentuk seperti salur-salur, bahkan ada yang seperti kelambu. Sayangnya, kameraku tidak maksimal dalam mengabadikan gambar di tengah kegelapan. Tidak ada stalaktit ataupun stalakmit yang dekat dengan kepala kami, tidak seperti di Gua Gong. Setengah perjalanan, akan terdengar suara cicitan dan kepakan sayap di atap gua, itu adalah sarang kelelawar atau dalam bahasa Jawa disebut Lowo. Itulah mengapa gua ini disebut dengan Gua Lowo. Seperti pada sarang umumnya, pasti akan terdapat bau-bauan yang menusuk hidung, di dalam gua ini pun begitu. Bau itu berasal dari guano atau kotoran kelelawar, tapi menurutku, bau itu masih dalam tahap wajar. Tidak sampai membuat orang pusing atau bahkan pingsan.

Di salah satu dinding gua pun terdapat sumber atau mata air yang dipercaya orang sebagai mata air awet muda. Entah itu benar atau tidak aku tidak tahu. Selain itu, terdapat bebatuan yang terkikis air atu termakan cuaca, sehingga bisa berbentuk seperti kura-kura raksasa (di luar gua) dan singa. Setelah berjalan ke dalam, kami memutar untuk keluar gua. Rasanya seolah kembali ke peradaban saat melihat cahaya terang. Gua itu terdapat di bawah, sehingga untuk kembali ke permukaan, kami harus melewati tangga yang ternyata cukup menyaingi tangga Borobudur. Hahaha, pagi-pagi sudah olahraga. Over all, gua ini cukup menarik untuk dikunjungi.

Setelah berolah raga ria, kami lanjut ke pantai Karanggongso, sekitar 1 jam dari Gua Lowo. Jalan menuju pantai seperti jalan menuju pegunungan, menanjak dan berkelok-kelok (ini sebenernya mau ke pantai apa gunung?). Pemandangan yang ditawarkan cukup menyegarkan mata karena di kanan kiri jalan terdapat hutan-hutan kecil yang penuh dengan pepohonan hijau.

Setelah melihat pepohonan, akhirnya kami melihat hamparan pasir putih dan air biru. ya, Pantai. Kami tiba di pantai. It is a beautiful bitch beach. Airnya bening dan tidak ada sampah yang mengapung maupun berserakan. Di sana terdapat banyak perahu yang memang ditujukan untuk pengunjung yang ingin menjelajahi lautnya. Hanya dengan 5000 rupiah per orang. Ada sebuah dermaga yang sayangnya sedikit tidak terawatt, karena banyak lantai kayunya yang sudah lepas, namun dermaga itu masih bisa kita naiki atau tapaki. Mungkin saat sunset, pantai itu sangat romantis. Sayangnya, perjalanan kali ini tidak kami habiskan sampai sunset.

Di sana, kami sangat menikmati pemandangan pantai dengan bukit-bukit atau pulau yang ada di sekeliling serta di tengahnya. Langit pun cerah. Sebuah lukisan yang sempurna di kanvas bernama dunia. Kami berenang, bermain ombak, berfoto (paling banyak dilakukan), makan ikan bakar, dan banyak lagi. It seemed that we were forgetting our miseries. Life seemed so simple and happy. Banyak senyum dan tawa yang kami tinggalkan di sana. Kesedihan pun sirna sudah. Memang liburan seperti ini terkadang sangatlah dibutuhkan untuk sekadar meringankan beban pikiran.

Puas menikmati pantai, kami pun kembali ke tempat peristirahatan dan memang langsung beristirahat. Seolah tak sanggup beraktivitas lagi :P

*nantikan episode terakhir dari Tour 3 kota ini :D

Kamis, Juni 23, 2011

Three Days of Dreaming (baca: Tour 3 Kota) Part I

Tadaimaaaa…..
*membuka blog dan menyadari betapa usangnya blog ini. Ternyata sudah cukup lama aku tidak menulis di blog ini, dari bulan Mei hingga Juni.

Wow, satu bulan penuh, atau lebih mungkin :)
Maaf, bagi orang-orang yang mengikuti blog ini, yang suka membaca blog ini, dan yang selalu memantau perkembangannya *membungkuk (tapi emangnya ada?)
Aku jarang menulis karena sibuk, hahaha. Ya, ya, ya, aku tahu itu alasan klasik. Baiklah, akan aku katakan yang sebenarnya, aku sedang menghadapi sesuatu yang dinamakan writer’s block. Ya, aku tidak ada ide untuk menulis! *jdaaar* suara petir menyambar.

Anyway, kali ini aku akan menuliskan pengalamanku selama tour 3 hari (Blitar, Trenggalek, dan Kediri) di liburan ini. Setelah sebulan lebih kami (baca: aku dan teman-teman sekelasku) merencanakan perjalanan ini—aku tahu kalian mungkin menganggap kami lebay, tapi begitulah adanya—akhirnya perjalanan ini dapat dilaksanakan dengan lancar. Kami berangkat dari Malang pada hari Minggu, 12 Juni 2011. Rencana awal, kami berangkat setelah subuh, tapi seperti yang telah diduga, jadwal pemberangkatan mundur beberapa jam, menjadi pukul 07.00 (ternyata budaya memakai jam dari karet itu masih kami lestarikan).

Perjalanan dimulai menuju kota pertama, Blitar. Sebenarnya ini bukan tujuan utama melainkan tempat persinggahan pertama. Kami hanya transit, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan lagi menuju tujuan utama, yaitu Tenggalek.

Blitar, apa yang kalian pikirkan saat mendengar nama kota itu?

Yup, benar (meskipun kalian tidak menjawab atau pun jawaban kalian salah, tetap saja aku anggap benar. Baik kan?) tujuan wisata kami di Blitar adalah waduk Karangkates. Waduk itu lumayan bagus sebenaranya, namun sayang, seperti layaknya tempat wisata lain yang selalu didapati adanya kerjaan tangan-tangan jahil yang membuang sampah sembarangan, mencorat-coret dinding maupun pagar, atau hal-hal yang lain. Semua itu membuatnya menjadi tidak indah. Terlepas dari itu, pemandangan yang dipampangkan cukup menarik, seolah ada pulau di tengan waduk itu (ya, mungkin itu memang pulau betulan). Udaranya cukup sejuk, karena memang masih pagi dan jalanan masih cukup sepi. Waduk itu berada di kanan jalan, jika kita datang dari arah Malang. Di kiri jalan terdapat landaian tanah yang tertanami tetumbuhan hijau. Letak jalan raya dan jembatan berada beberapa meter lebih tinggi dari waduk dan landaian tanah itu. Seolah kau berada di atas gunung dan mampu melihat semua yang ada di bawah tanpa sedikit pun penghalang pandangan mata. Dan hari itu cerah, secerah mentari yang bertengger di singgasana langit, secerah senyum kami yang penuh kekaguman dan kesenangan :D

Tempat singgah kedua, masih di Blitar. Museum Bung Karno. Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba mereka (baca: teman-temanku) tertarik dengan sebuah museum dan makam, namun bagaimanapun itu adalah sebuah warisan nenek moyang, harta negara yang patut untuk dikunjungi dan dilestarikan (udah sok ni bicaranya). Museum Bung Karno merupakan sebuah kawasan wisata yang cukup luas. Di sana terdapat perpustakaan tempat menyimpan buku-buku sejarah (yaiyalah tempat nyimpen buku) mengenai Indonesia, Bung Karno sendiri, maupun buku-buku yang lainnya. Selain itu, terdapat museum yang menyimpan gambar-gambar (foto maupun lukisan tentang Bung Karno. Salah satunya adalah sebuah lukisan yang notabene ajaib. Ya, ajaib karena lukisan itu berdetak. Detakan itu tepat berasal dari titik di mana jantung seharusnya berada, yaitu dada sebelah kiri. Memang, jika dilihat dari depan, tidak akan terlihat bedanya. Hanya nampak layaknya lukisan biasa, namun jika kita melihatnya dari samping, maka akan nampak bagian dada tersebuut berdenyut-denyut lembut dan berirama laksana denyutan jantung manusia. Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi, mungkin ada suatu trik atau suatu penjelasan ilmiah tentang itu, entahlah. Bisa dibilang lukisan itu menjadi Point of Interest di kawasan wisata ini selain makam Bung Karno sendiri tentunya. Selain lukisan yang berdetak itu, banyak sekali lukisan serta foto-foto pada zaman kemerdekaan. Melihat foto-foto tersebut rasanya seperti kita menyaksikan suatu peristiwa pada zaman itu, padahal mungkin kita belum lahir. Sayangnya, di dalam museum, pengunjung tidak diperbolehkan mengambil gambar.

Rute museum ini berurutan dari depan ke belakang—museum, perpustakaan, makam, dan pusat oleh-oleh. Sekarang, kami menuju makam Bung Karno. Sebelumnya, seperti yang sempat disiarkan di berita bahwa ada sejarawan yang percaya bahwa Bung Karno tidak dilahirkan di Blitar melainkan di Surabaya. Well, aku tidak tahu mana yang benar, karena masing-masing mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri. Back to the topic, di sana terdapat dua buah makam dan satu buah guci besar yang terletak di pendopo. Jadi, letak makam tersebut di atas atau lebih tinggi dari jalan yang dilalui pengunjung. Aku tidak tahu itu ditujukan untuk apa, apakah agar makam itu tidak dirusak atau kotor (tapi siapa yang akan mau merusak makam?), ataukah suatu bentuk penghormatan. Hei, aku tahu Bung Karno adalah orang yang berjasa, namun dia juga hanya seorang manusia yang setara derajatnya dengan manusia yang lain di hadapan Tuhan. Entah mengapa aku merasa orang-orang terlalu menghormatinya. Aku tahu makam mungkin tempat keramat, namun entah mengapa orang-orang terlalu mengkultuskannya. Terserahlah.

Rute berlanjut ke pasar oleh-oleh. Banyak sekali stand yang menjual cindera mata mulai dari yang kecil dan mudah dibawa seperti pin, gantungan kunci, topeng, baju, sandal, sampai yang besar seperti lampion, pajangan, dan peralatan dapur. Pasar oleh-oleh itu cukup besar, namun jalannya sempit sehingga pejalan kaki yang lain harus terpaksa berhenti sejenak saat ada pengunjung yang berhenti untuk melihat-lihat barang di salah satu stan. Anyway, jalan-jalan di Blitar lumayan seru!

Senin, Mei 16, 2011

Hari yang Indah, meski Sedikit Kecewa

15 Mei...
Hari yang berarti. Bukan, bukan berarti untukku, namun untuk seseorang yang berharga. Yah, setidaknya untuk saat ini.
Dia orang yang aku sayang sekaligus orang yang aku benci. Hahaha, mungkin kau berpikir aku aneh, namun begitulah adanya. Dia pernah menyakitiku, kecewakan hatiku.

Aku tahu dia adalah magnet masalah bagiku, namun secara sadar aku mendekatinya. Orang ini bodoh, mungkin begitu pikirmu. Well, sepertinya aku harus setuju denganmu karena aku memang merasa bodoh dalam hal ini. Logikaku berkata untuk hentikan langkah, namun seolah efektor ku tak mampu meresponnya. Aku tak tahu caranya hentikan langkah, atau mungkin lebih tepatnya tak bisa.

Anyway, it's not a matter about who 'dia' is, so let us go back to the main topic.

Hari itu, hari peringatan akan kelahirannya. Aku masih mengingatnya, dengan baik malah. Aku ingin menjadikan hari itu hari bahagianya meski mungkin bukan aku yang diinginkannya. Sebuah kejutan kecil pun kuberikan padanya. Tak kusangka, begitu bahagianya raut wajahnya. Ataukah itu hanya imajiku yang berlebihan saja? Entah. Kuharap memang benar bahagia yang ia rasakan.

Hari itu berjalan dengan baik dan menjadi hari yang indah, setidaknya menurutku. Aku merasakan bahagia, bisa bersama, seperti dulu. Bersenda gurau, berbagi cerita, seolah tak pernah saling terluka. Aku seolah menemukan hal yang telah lama aku tunggu.

Siang pun berubah malam, terang tergeserkan oleh gelap. Perlahan, kenyataan mulai menghampiri aku. Semua ini akan segera usai, ya, usai dengan berakhirnya hari ini. Kecewa telah merenggut bahagiaku, namun tak kutampakkan dalam raut wajahku. Tak ingin aku merusak suasana, sebagaimana aku tak inginkan hari ini untuk usai. Bahagiaku perlahan menjauh, tergantikan oleh kenyataan yang menamparku dalam kesadaran. Kesadaran bahwa semuanya hanya sementara, kesadaran bahwa aku tak boleh terlalu berharap.

Apakah kau tahu bahwa sikapmu telah memberikan udara baru bagi tunas yang dulu layu dan hampir mati terinjak.
Sekarang, aku harus bagaimana? Tunas itu menampakkan hjau daunnya lagi. Haruskah aku memupuknya dengan harapan-harapan itu, yang aku takut hanyalah harapan semu. Ataukah kumatikan saja ia dengan mencabut sampai ke akarnya?

Hanya satu yang aku tahu, bahwa aku tak diperbolehkan untuk mengharap terlalu jauh, terbang terlalu tinggi karena aku akan mati saat aku harus terjatuh nanti. Mungkin kini aku hanya akan membiarkannya seperti ini. Menjadi hari yang indah, meski berakhir dengan kecewa...

Sabtu, Mei 14, 2011

Membolang Menggila

So long......

Sekarang aku masih dalam masa transisi dari kuliah mau liburan dan ini sudah memasuki hari terakhir dari minggu tenang yang berarti sebentar lagi bakal ada ujian-ujian akhir yang berhamburan. Uch..
I just wonder why it has to be called as 'Silent Week', while in fact, we are not really silent, but we are 'disturbed' by a pile of assignments. Hmm, who knows.

Aku gak bakal membahas dari mana asal usul julukan itu karena aku gak merasa itu hal yang penting juga buat dibahas. Yah, meskipun mungkin postingan ini gak kalah gak pentingnya sih..

Emang sih, aku belum masuk masa liburan, tapi entah kenapa suasana liburan itu udah kerasa dan merasuk dalam relung-relung sukma (halah). Akhir-akhir ini bawaannya pengen main mulu. Padahal udah sadar sesadar-sadarnya kalau lagi banyak tugas yang kudu dikerjain. Hmm, godaan emang ada di mana-mana. Terlebih lagi, ada aja temen yang ngajakin keluar atau mungkin lebih tepatnya terpaksa menemani aku memuaskan hasrat hedon ku.

Aku punya kebiasaan aneh. Di saat aku merasa penat karena rutinitas harian, rasanya aku pengen kabur sejauh-jauhnya dari peradaban ataupun keramaian. Dan itulah yang aku lakukan hari Senin lalu bersama dengan seorang teman. Pada dasarnya aku merasa stress dan ternyata temanku itu juga merasa sama. Akhirnya we decided to go somewhere just to refresh our mind. Sebenarnya kami gak ada rencana pasti mau ke mana, akhirnya di jalan, diputuskanlah tujuan kami.

Awalnya kami pengen ke Paralayang, tapi ternyata karena sama-sama gak tau jalan, akhirnya nyasar ke jalan menuju sebuah Gunung. Jalannya serem. dan akhirnya kami balik di tengah jalan. Anyway, kami nemuin spot yang bagus pemandangannya buat take pictures!! :D *jiwa narsis

Terus perjalananan berlanjut menuju ke air terjun Coban Talun. Dasarnya gak ada tujuan dan gak tau jalan, kami cuma mengandalkan tanya ke penduduk setempat. Waktu sampai di gerbang loket, kami pikir jalannya gampang, udah aspalan gitu kayak di Coban Rondo, tapi ternyata...
JALANNYA MAKADAMAN sodara-sodara!!! Oh, Nooooooo!!!
Gak cuma itu aja sensasinya, tapi masih ditambah lagi, WE HAVE TO WALK TO GET TO THE WATERFALL. really great, eh?
Udah gitu, jalannya tuh yang harus nyebrang sungai tanpa jembatan (untuk sungainya cetek) dan masih kudu jalan ke dalem hutan sejauh kurang lebih 1,5km turun sejenis tebing gitu. woooaaaahhhhh.....
Bayangin aja, dua orang cewek, geje, gak tau jalan, mbrasak-mbrasak masuk hutan cuma buat nemuin air terjun yang bernama Coban Talun. Bener-bener pengalaman berharga. Sepanjang perjalanan itu kami bener-bener cuma berdua dengan ditemani rumput ilalang, pepohonan pinus, dan hewan-hewan entah apa.

Untungnya, setelah berjalan kurang lebih satu jam itu, kami nemu juga air terjunnya. It was GREAT! The views are GREAT! tapi sayangnya akses ke sananya masih susah. Mungkin karena itu, gak banyak pengunjung yang datang. Padahal ongkos masuknya murah lho, cuma Rp. 4500 per orang. Dan sayangnya lagi, airnya rada keruh karena emang bawa endapan pasir-pasir dan tanah gitu. Terus, banyak sampah di beberapa sudut bebatuan. Tapi terlepas dari itu, bagus kok tempatnya.

Perjalanan gak berhenti di situ aja, tapi we have to go to the next level. Naiknya sodara-sodara!! jadi ceritanya, hutan tadi tuh ada di atas air terjun yang berarti kita harus turun biar bisa liat ar terjunnya dari dekat, dan baliknya, kita kudu hiking naik ke atas lagi buat sampe di hutan yang sebelumnya. Huuuuuuaaaaahhhhh.. yang awalnya gak ada niat olahraga, eh malah keturutan olahraga di gunung. Dan seperti biasa, besoknya baru deh kerasa bebannya di badan.

hmm, if you are interested, just try it! di Batu, Malang, jalan menuju ke Cangar, Batu..

Sabtu, April 23, 2011

Hidup Bukan Untuk Mati

*Repost note di FB

Berdiri ia di pinggir jembatan itu, sebuah jembatan tinggi penghubung tepian sungai. Melamun. Pandangan matanya menerawang jauh, menembus dunia masa lalu. Terlihat kosong, sebuah cerminan hatinya yang murung. Sayu tatapannya menghunjam jatuh pada air sungai yang keruh. Manusia silih berganti melewati jembatan itu, namun ia tetap terdiam, mematung. Tak terganggu sedikit pun. Seolah tak nampak baginya kehidupan serta lalu-lalang di atas jembatan itu. Pandangan ingin tahu tiap orang pun tak jua kembalikan kesadarannya ke alam nyata. Seolah jiwanya telah meninggalkan raga yang berdiri dan tetap bergeming itu.

Tak ada seorang pun yang tahu apa yang ia pikirkan kini, tak seorang pun. Hanya dia dan Tuhannya.

Perlahan, matanya serasa hidup. Berkilat untuk sejenak, namun kemudian redup. Diremasnya kedua tangannya erat. Kegalauan selimuti hati dan pikirnya. Rahangnya mengatup keras, menyuarakan gemeletuk gigi yang bergesekan.

Sepasang mata menatapnya heran. Bukan menghakimi dengan pandang menghujat, namun tatap penuh rasa penasaran. Penasaran akan apa yang mungkin terjadi di detik berikutnya. Tentang semua yang mungkin berubah dalam pergerakan sang waktu. Tatap itu tak pernah lepas dari fokus lensa matanya, pada sesosok manusia di tepian jembatan.

Perlahan, tubuh itu bergerak. Dia lepaskan genggaman tangannya. Sejenak, kedua tangan itu terkulai lemas, namun berubah tegas dalam detik berikutnya. Dia genggam tepian jembatan itu erat sebagai penyangga berat tubuhnya. Dia naikkan kakinya satu demi satu, kanan, kemudian kiri. Mula memanjat perlahan pagar jembatan itu. Dicondongkannya tubuhnya seolah menantang angin dingin yang berhembus di pagi yang mendung.

"Di saat semua terasa indah, Nona, kala itulah manusia selalu lupa." Mendengar suara dari sampingnya, ia pun terhenti.

"Ya, di saat semuanya terasa indah, kala itu manusia selalu lupa. Karena itulah Dia memberi sebuah coba agar mereka tidak semena-mena. Hidup adalah masalah, Nona. Semua tergantung bagaimana manusia mampu memandang masalah dari sudut yang berbeda dan menghadapi segalanya meski tubuh dan jiwa mereka penuh luka."

Dia bergeming. Menanti suara susulan dari sampingnya.

"Hidup tak selamanya indah, nona. Terkadang kta harus penuh lumpur, bahkan berlumur darah. Namun, justru semua itu yang membuat hidup lebih bermakna. Manusia hidup bukan untuk mati, melainkan berjuang sekuat tenaga. Mencari hikmah di balik setiap duka. Jangan kau kira hanya kau yang merana dan menganggap ini akhir dunia. Akhir dari semua. Hiduplah sengan indah dan ukirlah kisah yang bermakna selagi kau bisa."

Diam. Hanya semilir angin berhembus menggesek dedaunan lembut.

"Siapa kau?" suaranya tercekat. Hanya tanya itu yang mampu ia utarakan sambil perlahan memalingkan wajah menghadap sumber suara.

"Hanya seorang pengemis tua yang tak begitu berharga." Sosok yang menjadi asal suara itu pun tersenyum dan melangkah pergi meninggalkan dia yang terhenyak karena kata-kata yang menusuk hatinya.

Ya, hidup tak bisa selamanya indah. Kita tak selalu bisa dapatkan apa yang kita inginkan. Jika kita siap berusaha meraih semuanya, berarti kita juga harus siap untuk kehilangan semuanya.

Minggu, April 17, 2011

Cerita Sebuah Hati

"Jika kau ingin pergi,
pergilah...
Aku tak bisa mengikat hatimu di sini
karena aku hanya memegang bayangmu selama ini,
bukan dirimu yang asli.
Pergilah.
Mungkin aku akan tetap begini,
menanti saat yang indah nanti."

Aku terbangun dari tidurku. Kulihat jam yang tertera di layar handphone ku. Masih pukul 3 dini hari. Fiuuuhhh, mimpi yang sama lagi, batinku. Mimpi yang menyakitkan dan menakutkan. Sudah beberapa hari belakangan ini aku memimpikan hal yang sama di jam yang sama. Entahlah, nampaknya pikiran bawah sadarku tak bisa kuajak bekerja sama dalam melupakan hal yang menyakitkan ini.

Hmm, rasanya dari tadi aku hanya mengulang-ulang tentang hal yang menyakitkan, mungkin kau merasa bingung hal apa itu. Intinya adalah sebuah kehilangan. Saat ini aku sangat takut kehilangan seseorang yang berharga bagiku, namun sepertinya aku memang telah kehilangan dia. Perlahan-lahan dia pergi melangkahkan kakinya keluar dari dunia kami, duniaku terutama. Kini sepertinya dia telah menemukan sebuah dunia baru, dunianya, yang tak bisa aku masuki, tak mungkin pula untuk kurengkuh. Dia pun perlahan-lahan melupakan kehadiranku dalam hidupnya.

Aku selama ini selalu berusaha menahannya untuk tetap berada di dunia kami, dunia yang aku dan dia kenal. Tapi semuanya percuma karena aku sadar, yang aku pegang hanya bayangnya, bukan dirinya pun jiwanya. Aku hanya mengikat raganya, bukan hatinya. Hingga dia terasa begitu jauh dari jangkauan meski aku bisa melihat wujudnya.

Aku tak tahu sebenarnya mengapa aku menahannya. Mungkin hanya untuk menghindarkan diriku dari rasa sakit akan kehilangan untuk yang kesekian kalinya. Aku berpikir, selama aku bisa mempertahankan mengapa harus kulepas? Aku berpikir, menahannya adalah tindakan terbaik yang bisa aku lakukan. Ya, terbaik. Menurut siapa? Menurut aku, pikiranku, dan egoku saja, kan. Aku tak pernah berpikir sedikitpun tentang dia dan perasaannya. Jika memang begitu, masih pantaskah aku untuk memilikinya di dekatku?

TIDAK!!

Lepaskan saja dia, hatiku berkata. Iya, aku tahu kalau aku harus melepasnya. Logikaku tahu benar akan hal itu, namun efektorku tak bekerja sesuai akal pikiran. Sampai kapan aku akan tetap begini? Terjebak dalam rasaku, dalam masa lalu. Mempertahankan sesuatu yang tak ingin dipertahankan, menanti seseorang yang tak ingin dinanti, memikirkan dia yang bahkan tak sedikitpun memikirkan aku. Mampukah aku berjalan maju? Ibarat kaki, aku telah patah dan tak mungkin mampu berjalan sesempurna dulu. Semua yang telah berubah tak bisa kembali seperti sedia kala. Semua luka yang ada, mungkin perlahan akan sembuh, namun bekasnya akan tetap ada.

Hmm.. mungkin memang harus merelakan, meski sakit, meski gila. Lebih baik melepaskan meski hatiku berdarah pun bernanah. Mungkin dengan ini, aku bisa memandang lurus ke depan, berjalan maju meski terseok, dan mampu melihat pintu bahagia lain yang mungkin terbuka untukku.

Sebuah suara berkumandang. Kuhentikan pikiranku yang keruh. Bangkit aku dari terbaringku, mengambil air wudhu, dan mengadu pada Sang Penciptaku.

Aku telah berusaha untuk merelakanmu
Melepas anganku akan mu
Bebaskan hatimu
juga Hatiku....
Bebaskan hati kita..

Senin, Maret 28, 2011

Sapaan Setelah Sekian Lama

I'm back!!!!!

*hatsyuuuuuuuuuuuuuu....
Wah blog ini sudah berdebu tebal sekali ternyata, setelah sekian lama gak aku kunjungi dan gak posting lagi. Untung masih belum dipenuhi sama sarang laba-laba, lumut, dan makhluk-makhluk asing lainnya. *mengelus dada..
Setelah cukup lama menghilang dari dunia per-blogging-an, dan sekarang akhirnya
AKU BALIK LAGI Maaaakkkkk!!! *teriak-teriak di malam hari dan disiram sama tetangga dikirain kucing kawin..

betewe,
Aku gak nge-post karena gak tau kenapa akhir-akhir ini aku ngerasa (sok) sibuk banget *biar gak dibilang kehabisan ide gara-gara writer's block.
Tapi beneran, rasanya sampe-sampe sehari tuh gak ada 24jam (yaiyelah, secara, banyak tidurnya juga). Anyway, emang ngrasa kurang banget waktu yang aku punya buat ngerjain semua tugas kuliah, rapat HMJ, UTS, kerjaan rumah, de-el-el. Padahal udah dibela-belain begadang, jadi makhluk nokturnal yang tidurnya setelah tengah malam dan cuma beberapa jam aja, masih aja kurang. Kuliah semester ini emang kurang sip jadwalnya. Dari pagi jam 07.00 WIB pulang mesti sore jam 15.00 WIB. Habis itu kalau gak rapat, ngelesi, atau latihan sampe jam 17.00, kadang malah sampe jam 20.00 dan sampe rumah jam 21.30an. Terus dikebut ngerjain tugas..hadeeeehhhhh...


Fuwah...emang manusia ya. Udah dikasih masih ngerasa kurang aja.. (+.+)
Tapi emang beneran ngerasa kurang. Apa akunya yang gak pinter time managing ya?
Kayaknya sih kemungkinan kedua yang lebih utama..hehehe

Kesimpulannya:
AKU BENAR-BENAR BUTUH REFRESHING DAN REKREASI!!! (T_T)

well, kayaknya sekian deh curhatan kali ini. Sori, udah lama gak nge-post, eh waktu akhirnya nge-post, malah posting hal gak penting macam ini..hahaha
anyway, aku bakalan usahain ngisi blog ini lagi deh, semoga aja ada waktu dan ada ide tentunya :D

see you in another post

Senin, Februari 07, 2011

Sebuah Kisah Sementara

dulu kau kembali
meski telah pergi berkali-kali
aku tersenyum, bahagia
karena kau akan tetap ada
kusangka ini untuk selamanya
namun ternyata kau hanya singgah
kembali mu hanyalah transit semata
sebelum akhirnya kau berpindah
aku menangis
air mataku menitik
sadar bahwa aku kan kehilangan
aku terbiasa melihat sosokmu
hingga tanpa sadar, aku mencarinya saat tak menemukannya
aku terluka
hatiku hampa
ingin ku genggam erat tangan itu
tak kubiarkan pergi tinggalkanku
namun semua telah berlalu
aku mungkin tak lagi di hatimu
bukan aku salahkan keadaan
bukan pula rasa yang pernah tinggal
pun Tuhan yang pertemukan kita
bukan aku menyesal terjebak dalam bahagia semu
bukan ku sesali pertemuan kita dulu
sesal itu hanya karena kita tak menyatu
ternyata aku memang bukan untukmu
sesal itu karena tak bertahan lama
tak penuhi harapan yang ada
tetap ku berterima kasih,
terima kasih sempat kembali
berikan memori yang akan selalu terpatri
kini..
ku harus relakan kau pergi
dan menata hatiku lagi..

Sebuah Cerita Sederhana

Berawal dari sebuah kisah berujung pada sebuah cinta
Inilah sebuah cerita sederhana akan sebuah cinta yang sederhana..
Pertemuan itu, bukan tidak sengaja
namun memang telah diatur sedemikian rupa.
Kau yang menginginkannya
pula mengaharapnya
Aku mungkin hanya seorang penggembira
dalam diamnya dunia
Aku hanyalah satu cahaya
dalam kelamnya asa
Mungkin tak pernah kau tahu, pun mengerti
Aku terhisap dalam angan sepi
melihatmu berusaha berdiri meski kakimu terasa letih
Terkadang ku terdiam sendiri
pikirkan dirimu yang berusaha tegar meski hatimu perih
Kau mungkin tak tahu, pun menyadari
kuingin kau berjalan sendiri, tanpa dirinya di hati
Namun satu hal yang ku tahu pasti
hal itu kan sulit terjadi
Tak boleh aku berharap sejak awal kita bertemu
Ya, kau telah katakan itu
Dan ya, aku tak mengharap apapun
Tak kubiarkan asaku melambung jauh
Tak kubiarkan inginku menyakiti dirimu
Pun tak kubiarkan secercah harapan itu membuatku jatuh
karena yang kuinginkan hanya satu
Kau terbang indah dengan sayapmu
meraih anganmu, bahagia dengan hidupmu
selalu...

Ke mana Aku yang Dulu

Saat lalu terasa mudah
Kini berpindah menjadi suram
Saat dulu tak merasa terluka
Kini berubah hilang asa
Ke mana aku yang dulu
mampu berdiri tegar di atas lembah sendu
Ke manakah diriku terdahulu
tak menitik meski sepi memburu
Kurindukan tepian hati
lindungi aku dari sakit ini
Kuinginkan pagar kalbu
jaga diriku untuk tak terjatuh
Memang rasa tak akan pernah tahu
Kapan senyum menjelma luka
Kapan tangis berganti haru
Kapan tawa mengisi tetesan air mata
Semua karena aku mencinta
Aku hanya inginkan diriku yang dahulu..

Terima Kasih Untuk Kembali

Kala itu kita bertemu, dalam sebuah ketidaksengajaan..
Bukan..mungkin memang telah disuratkan
Aku pun kamu saling menyapa
Kita saling mengenal..
Pun telah kita putuskan 'tuk berjalan
bersama, beriringan..
Ya, kita telah putuskan 'tuk menjadi "sahabat"
Kau ukirkan cerita dalam kisahku
Aku pun begitu..
Meski tak kau tinggalkan duniamu
Meski aku tetap dengan duniaku
Terlukiskan kisah kita menjadi satu
tanpa harus saling beradu
Terkadang kita berjalan sendiri
dalam dunia kita sendiri
Aku dengan duniaku yang sepi
Kau dalam duniamu dengan dia yang kau puji
Terkadang kau tinggalkan aku sendiri
demi dia yang kau ingini
Ya, aku mengerti...
Cukup mengerti untuk biarkanmu pergi
Aku berhenti..
menanti..
Kau tahu kisah tentangku
yang menunggu seseorang untuk mencintaiku
Kau berusaha pahami aku
Biarkanku menanti semau hatiku
Namun kau pun meragu
akankah seorang itu datang untukku..?
Aku ingat masa itu
Kau hentikan langkahmu
hentikan pencarianmu tentang sosok dirinya yang kau rindu
Kau datang padaku dengan seribu ucapanmu
Kata-katamu bangunkan aku
menampar dan sadarkan diriku
Kau katakan padaku,
"Untuk apa kau menunggu seseorang yang tak mungkin datang padamu?
Untuk apa kau buang waktumu mengharap seseorang yang mungkin tak mengharapkanmu?
Apa untuk menyakiti dirimu lagi? Untuk mencabik hatimu dan lukai perasaanmu?
Kau terlalu berharga untuk tenggelam dalam perih itu
Kau terlalu indah untuk mati dalam sepi yang membunuh"
Aku tersenyum, ucapku,
"Tapi pada akhirnya kau kembali bukan? Terima kasih telah kembali padaku."