seorang anak kecil duduk di teras depan rumahnya
terlihat ia sedang tidak sabar. entah menunggu siapa
sedetik kemudian ia berdiri, menengok ke kanan dan ke kiri
berlarilah ia ke depan pagar.
ditengoknya lagi jalanan yang masih saja sepi
menerawang jauh matanya yang jernih itu
jauh, seolah menembus ruang dan waktu
lunglai ia berjalan masuk lagi ke halaman rumah
dihempaskan pantatnya lagi di bantalan rumput yg tadi
'hmm, bapak belum jua datang,' gumamnya lebih kepada diri sendiri
tak lama, terdengar deru mesin sepeda motor yg cukup tua
sinar mata anak lelaki yg tadinya kelam, kini mulai berbinar terang
dilangkahkannya kaki mungilnya sampai di depan pagar
terlihat olehnya samar-samar sosok lelaki yg dulunya kekar
tak ayal, senyum perlahan merekah menghias wajah imutnya
sepeda motor perlahan berhenti, pun juga pengendaranya
si anak kecil dengan setia menanti di sampingnya
'bapak. aku rindu bapak. sudah lama tidak bertemu bapak. apa bapak rindu aku?'
mereka memang lama tak berjumpa sejak bapaknya harus bekerja di luar kota
mungkin hanya dua bulan sekali, atau bahkan empat-enam bulan sekali
dan seperti biasa, lelaki dengan wajah tegas itu tak mampu menyatakan perasaannya
dari dulu ia tak pernah pandai berkata-kata
hanya sebuah pelukan hangat dan setetes air mata yg mewakili perasaannya
'lebih dari yang kau kira.' dalam hati sang bapak berkata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar