Aku ingin menceracau untuk sejenak....
Aku yakin aku telah menemukan sseorang dalam hidupku. Aku menyadari kehadirannya. Aku tahu bahwa dia ada. Tapi entah mengapa jauh dalam lubuk hatiku seolah aku meragukan bahwa dia keberadaan yang nyata? Aku merasakan sebuah sensasi aneh dalam hatiku, merasuki jiwaku, bahkan mengacaukan pikirku. Terkadang aku seolah tak mampu membedakan antara imajiku ataukah suatu yang benar nyata. Entah mengapa. Mungkin karena rasaku padanya yang telah merusak jaringan sarafku, hhehm.
Saat aku bersamanya, aku merasa bahagia namun juga sangat sedih dalam waktu bersamaan. Aku senang dia ada di dekatku, namun entah mengapa aku merasakan dia jauh dari sisiku. Aku senang aku mampu melihat senyumnya, senyum separo yang selalu aku rindukan, aku mampu melihatnya tertawa. Namun entah mengapa aku seakan merasa itu bukanlah dia, bukan dirinya. Saat dia tertawa dan terlihat bahagia, entah mengapa yang nampak olehku hanyalah sebuah kesedihan? Kesedihan yang berusaha dia tutupi dengan tawanya. Kesedihan yang sangat dalam. Kesedihan yang menggerogoti dirinya, yang ditahannya seorang diri. Dan tak pernah dibiarkannya seorang pun masuk dan mengetahui kesedihan itu.
Saat aku bersamanya, terkadang sesuatu yang seharusnya tidak aku pikirkan datang menghampiri benakku, ”Sebenarnya aku sedang bersama siapa? Sebenarnya apa yang ada dalam benaknya? Sebenarnya apa yang dia rasakan? Dan sebenarnya aku ini apa baginya?” Aku sadar, aku tahu benar seharusnya aku tak boleh berpikir seperti itu jika aku telah memutuskan untuk bersamanya. Harusnya aku mampu menerimanya apa adanya dia. Harusnya aku mampu mengerti bagaimana posisinya. Harusnya aku mampu memahami mengapa dia tak mau menceritakan tentang masalahnya padaku. Aku mengerti, aku ingat dia berkata padaku, ”Aku tak ingin membebanimu dengan masalahku.” Aku memahami itu, tapi entah mengapa semakin aku berusaha untuk mengerti semakin aku tidak memahami apa yang dia inginkan. Dia seolah tak membiarkanku masuk dalam dunianya, dia seolah tak mengijinkan aku untuk mengerti dirinya, namun aku merasa sebenarnya dia sangat ingin untuk dimengerti. Aku tak tahu apakah itu hanya pikiranku, pengaruh perasaanku, ataukah memang seperti itu yang dia rasakan sebenarnya.
Terkadang aku merasa aku ingin sekali bersikap egois padanya. Sering kali aku ingin berkata, ”Lihatlah aku! Perhatikan aku yang ada di sampingmu. Dengarkan aku! Jangan pernah acuhkan aku!” Sering aku ingin memalingkan wajahnya untuk menatapku. Namun aku tahu aku tak bisa bersikap selalu egois padanya. Karena aku tahu dia telah terlalu sabar padaku dan aku telah pernah bersikap egois padanya. Ingin sebenarnya aku memilikinya, hanya aku yang memilikinya. Hanya aku yang harus diperhatikannya, tapi entah mengapa logikaku menolak itu. Meskipun setengah mati aku ingin bersikap sangat egois padanya, namun pada akhirnya aku tetap tidak bisa.
Lalu aku harus bagaimana? Pilihan apa pun yang akan aku ambil nantinya, pada akhirnya akan menimbulkan luka yang sama pada diriku. Memberikan kehancuran yang sama pada hatiku. Karena aku menyadari benar, jika aku tak mengatakan apa yang aku rasakan ini padanya, dia tak akan pernah tahu apa yang aku rasa. Dan pada akhirnya aku akan menyakiti dan melukai diriku sendiri. Namun jika aku mengatakan ini padanya, mungkin semua akan mampu terselesaikan tapi tetap memberikan luka padaku karena aku telah menyakitinya, membuat luka pada hatinya.
Ya Tuhan,,,, pilihan mana yang harus aku ambil? Jalan mana yang sebaiknya aku pilih? Mungkin aku akan memilih yang kedua, membuat kami merasa terluka bersama tapi pada akhirnya semua mungkin akan baik-baik saja. Mungkin. Semoga saja. Amin
Happy 1st month!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar