Memang kau tak pandai berkata-kata. Namun, aku tau kau menyayangiku dan menginginkanku untuk menjadi yang terakhir bagimu. Hanya sederet kata yang tak terlalu indah mungkin, mengalir dari ujung bibir merahmu, "Aku lelah berpetualang kepada tiap hati yang kutemui. Belum tentu pula aku akan mampu menemukan hati seperti hatimu yang begitu menyayangiku. Aku ingin singgah untuk selamanya. Di sini, bersama dengan hatimu."
Aku tersenyum mendengarnya. Pernyataan sederhana yang melambungkan jiwa. Ya, memang kata-katamu tak terlalu indah, tapi justru itulah, semua terasa lebih bermakna. Dengan kesederhanaan dan keluguannya, kurasakan sebuah ketulusan pun harapan bersamanya. "Aku pun ingin begitu. Mungkin aku sudah sangat mencintaimu. Namamu mengalir dalam tiap denyut jantungku pun tiap hembusan napasku. Wajahmu selalu membayang di tiap kedipan mataku. Bagaimana bisa aku mencinta yang lain jika aku begitu terlena padamu?"
Kala itu, keinginan akan masa depan pun telah tercurah. Harapan akan memiliki sebuah tempat bernama rumah. Tempat untuk kita tinggal bersama. Tempat di mana cinta tak akan pernah habis terasa. Tempat buah kasih sayang akan menghadirkan bahagia. Sebuah tempat untuk kita selamanya.
Kini, jika kuingat lagi masa itu, sebuah percakapan di ujung senja ketika mentari kan tertidur di ufuk barat, sebuah percakapan sederhana akan sebuah masa depan, senyumku selalu menghiasi sudut-sudut bibirku. Ya, karena kini, semua itu telah terjadi. Kau dan aku dalam sebuah masa depan baru. Kau dan aku, bersama membangun singgasana. Sebuah kerajaan kecil bersama tiga anak centil.
Ya, kita membangun sebuah keluarga. Rumah tempat kita bersama berbagi cinta. Semua berawal dari sebuah cerita di ujung senja.
Kala itu, keinginan akan masa depan pun telah tercurah. Harapan akan memiliki sebuah tempat bernama rumah. Tempat untuk kita tinggal bersama. Tempat di mana cinta tak akan pernah habis terasa. Tempat buah kasih sayang akan menghadirkan bahagia. Sebuah tempat untuk kita selamanya.
Kini, jika kuingat lagi masa itu, sebuah percakapan di ujung senja ketika mentari kan tertidur di ufuk barat, sebuah percakapan sederhana akan sebuah masa depan, senyumku selalu menghiasi sudut-sudut bibirku. Ya, karena kini, semua itu telah terjadi. Kau dan aku dalam sebuah masa depan baru. Kau dan aku, bersama membangun singgasana. Sebuah kerajaan kecil bersama tiga anak centil.
Ya, kita membangun sebuah keluarga. Rumah tempat kita bersama berbagi cinta. Semua berawal dari sebuah cerita di ujung senja.
-Sebuah cerita pun harapan akan masa yang akan datang-